Minggu lalu, tepatnya hari Senin, ada satu momen yang ditunggu-tuinggu
oleh masyarakat Kota Bandung karena berhubungan dengan bagaimana kelanjutan
Kang Emil yang saat ini menjadi walikota Bandung. Moment itu adalah bagaimana
kang Emil memutuskan dirinya untuk maju di pemilihan gubernur di Jakarta atau
tetap menjadi walikota Bandung sampai masa kepemimpinannya selesai.
Memang masyarakat Kota bandung menyadari bahwa menjadi bakal calon
gubernur DKI Jakarta itu adalah hak setiap orang sehingga tidak ada alasan
masyarakat untuk tidak membolehkan Kang Emil untuk ke Jakarta. Akan tetapi,
yang bisa mempertahankannya adalah bagaimana kang Emil membuat keputusan
sendiri untuk tidak ke Jakarta. Jelas ini adalah sebuah kondisi yang dilematis
bagi Kang Emil.
Disatu sisi, ada peluang besar untuk ke DKI Jakarta dengan tawaran yang
diberikan oleh banyak partai yang mendukungnya. Tawaran yang bisa membuat Kang
Emil menjadi gubernur dan ditambah lagi dengan hasil survey yang menunjukkan
bagaimana elektibilitas dibawah Ahok. Disisi lain, tugas sebagai walikota yang
masih harus dijalankan serta bagaimana pendapat dari masyarakat dan yang paling
penting keluarga yang pastinya sangat berharap kang Emil masih di Kota Bandung.
Akhirnya, beliau memutuskan untuk tetap menjadi walikota Bandung sampai
selesai tugasnya dan menjalankan seluruh program yang sudah dijanjikan kepada
masyarakat Kota Bandung. Keputusan ini sangat diapresiasi oleh seluruh
masyarakat Kota Bandung karena memang sebagian besar masyarakat berharap kang
Emil menyelesaikan tugasnya dulu sampai selesai, barulah berpindah ke jabatan
lainnya.
Sebagai seorang entrepreneur, ada pelajaran yang sangat berharga dari
keputusan kang Emil untuk tidak meninggalkan “pos” nya dimasa jabatan masih
berlangsung. Sejatinya seorang juara adalah seseorang yang bertanggungjawab
pada apa yang sudah dijanjikan kepada stakeholders mereka yang dalam konteks
kang emil adalah masyarakat Kota Bandung. Entrepreneur juara adalah seorang
pebisnis yang juga berkomitmen pada apa yang sudah dijanjikan kepada konsumen,
karyawan serta stakeholders lainnya.
Pelajaran kedua bagi entrepreneur adalah jangan hanya fokus kepada
peluang saja karena itu baru berdasarkan lingkungan eksternal dan belum mempertimbangkan
lingkungan internal. Peluang harus disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan
entrepreneur yang dalam hal ini berasal dari analisis lingkungan internal
nya.
Pelajaran ketiga adalah bagaimana wirausaha memperhatikan pendapat dari
keluarga karena sejatinya entrepreneur itu tidak bisa dilepaskan dari
lingkungan keluarga yang memiliki keterhubungan dengan entrepreneur secara
emosional. Variable ini sangat relevan dengan entrepreneur karena ketika
emosinya stabil, maka akan dimudahkan dalam pekerjaannya untuk mencapai tujuan.
Oleh karena itu, seorang entrepreneur yang akan menjadi juara sejati
adalah entrepreneur yang siap untuk menghadapi pilihan yang begitu besar dan
disaat itulah dia diuji, fokus ke peluang atau berfikir logis dengan juga
memperhatikan lingkungan internalnya. SALAM JUARA
Mahasiswa program Doktor Manajemen Unpad, pembina
GIMB Foundation, dosen Universitas Widyatama, Bandung, Founder STRABIZ Manajemen
Bandung
Post A Comment:
0 comments so far,add yours